Isi Sumpah Palapa Gajah Mada


Kali ini saya akan berbagi mengenai isi sumpah palapa yang mana merupakan sumpah dari seorang yang sangat terkenal dimasa lalu yaitu Patih Gajah Mada.


Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia.

Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat.

Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan beristirahat (amukti palapa) jika belum dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah itu kemudian dikenal dengan Sumpah Palapa. Adapun isinya adalah sebagai berikut :

Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring seran, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman isun amukti palapa”.

Artinya:
Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat; Sesudah kalah Gurun seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan beristirahat”

Sumpah ini adalah cerminan dari semangat patih gajahmada untuk mempersatukan nusantara. Nah, itu saja yang bisa saya bagikan kali ini. Semoga bermanfaat.

Related Posts:

Menelisik asal usul Gajah Mada, Patih Majapahit dari Lamonga

Gajah Mada merupakan salah satu tokoh sentral di Kerajaan Majapahit saat mencapai masa kejayaannya dengan pusat pemerintahan di Wilwatikta atau sekarang dikenal Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Dinasti yang didirikan oleh Raden Wijaya (wafat tahun 1309) berdarah bangsawan Jawa dan Sunda ini mencapai puncak kejayaan di era Raja Hayam Wuruk.

Masa kejayaan Majapahit tidak lepas dari figur Gajah Mada, termasuk segudang kontroversi cerita yang hingga kini masih berselimut gelap. Karir militernya di Majapahit mulai menanjak setelah dia berhasil menyelamatkan Jayanegara, raja kedua Majapahit dalam peristiwa pemberontakan Ra Kuti tahun 1319.

Memang setelah meninggalnya Raden Wijaya, Majapahit disibukkan oleh pemberontakan di sana sini dari pada ekspansi militer atau ekonomi ke wilayah baru. Umumnya pemberontakan terjadi untuk mengambil alih kekuasaan yang dilakukan oleh orang-orang bekas istana, maupun daerah-daerah yang ingin melepas diri dari Majapahit.

Dalam kitab Pararaton diceritakan, pemberontakan di zaman Jayanegara dilakukan oleh para Dharmaputra yang tak lain loyalis Raden Wijaya. Pemberontakan ini terjadi karena raja kedua Majapahit ini berdarah campuran Jawa dan etnis Melayu, bukan asli keturunan Kertanagara. Seperti diketahui, bahwa Jayanegara merupakan anak hasil perkawinan antara Raden Wijaya dengan Dara Petak.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Ra Kuti, seorang perwira Majapahit dari daerah Pajarakan (sekarang Probolinggo, Jawa Timur). Dalam pemberontakan Ra Kuti, Majapahit berhasil direbut dari tangan Jayanegara.

Karena kondisi kerajaan sudah tidak kondusif, komandan pasukan Bhayangkara Gajah Mada akhirnya melarikan raja muda bernama lain Raden Kalagemet (jahat dan lemah) ini ke wilayah Badander. Di Jawa Timur saat ini, nama Badander mengacu pada dua daerah; pertama Desa Dander yang masuk di administrasi Kabupaten Bojonegoro, dan Desa Bedander masuk wilayah Jombang.

Setelah kondisi dirasa cukup aman, Gajah Mada kemudian kembali ke Majapahit untuk menggalang kekuatan dari rakyat jelata hingga para loyalis Jayanegara di kerajaan. Pada akhirnya Ra Kuti bersama pemberontak lainnya bisa dikalahkan.

Karena jasa besarnya tersebut, Gajah Mada diangkat sebagai patih Majapahit. Dari sini, karir militer Gajah Mada semakin moncer. Di hari-hari berikutnya, dipercaya untuk menumpas para pembelot kerajaan. Tercatat karena jasanya itu, dia pernah diangkat sebagai Patih Doha (Kediri) dan Patih Kahuripan (sekarang Sidoarjo).

Di masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi, posisi Gajah Mada diangkat lebih tinggi menjadi mahapatih setelah berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta (masuk Kabupaten Situbondo). Pada periode inilah Gajah Mada melakukan ekspansi besar-besaran kerajaan Majapahit ke segala penjuru. Banyak kerajaan penting berhasil direbut Majapahit, seperti Kerajaan Pejeng (Bali), sisa-sisa kerajaan Sriwijaya dan Malayu.

Puncaknya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubumi dan kembali menjadi tokoh sentral kemajuan Majapahit di zaman Hayam Wuruk, termasuk salah satu peristiwa penting dan kontroversi hingga kini masih simpang siur yaitu Sumpah Palapa.
Dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, kekuasaan Majapahit yang didapat dari peperangan maupun monopoli dagang terbentang dari Papua, Sumatera, Tumasik (sekarang disebut Singapura), hingga sebagian pulau di Filipina. Semua terbingkai dalam peta Nusantara.

Lantas siapa sebenarnya Gajah Mada ini? Di mana tempat asal Gajah Mada? Mengapa karirnya begitu cepat melesat? Apakah benar dia orang dalam istana yang sempat terasingkan?

Tidak mudah melacak biografi Gajah Mada sebelum dia berkarir di militer Majapahit. Misteri yang sama juga berlaku terkait meninggalnya mahapatih yang semasa hidupnya disebut tidak memiliki keturunan ini. Jika Gajah Mada memang tokoh penting kerajaan, misteri selanjutnya adalah mengapa peninggalan atau napak tilas kehidupannya sangat minim.

Banyak daerah di Indonesia mengklaim sebagai asal usul kelahiran Gajah Mada. Hal ini wajar karena jasa Gajah Mada bagi kerajaan, yang dalam masa kemerdekaan dahulu Majapahit dijadikan rumah kedua pemersatu bangsa Indonesia.

Salah satu cerita rakyat yang terkenal dan banyak mengundang penasaran publik adalah Gajah Mada berasal dari Desa Modo, Lamongan, Jawa Timur. Karena alasan ini pula penulis Ya'cob Billiocta mencari informasi lebih dalam untuk membuktikan kebenaran kabar tersebut.

Di Desa Modo, atau sekarang menjadi kecamatan, cerita Gajah Mada sudah ada turun temurun. Tidak pasti hulu cerita ini dari siapa, warga mengenal cerita masa kecil Gajah Mada dengan sebutan Joko Modo yang berarti jejaka dari Desa Modo. Bahkan saking termashurnya cerita ini, Joko Modo pernah dijadikan nama organisasi Partai Golkar di wilayah Kecamatan Modo untuk menggalang kekuatan. Namun agitasi ini berakhir seiring tumbangnya kekuasaan Orde Baru.

Sejumlah tempat yang berada di desa tersebut juga dipercaya memiliki keterkaitan dengan Joko Modo. Yang pertama adalah Setinggil atau tanah yang tinggi dan kedua sendang Krapyak.


Salah satu warga, Ali Fauzi menceritakan bahwa Joko Modo ini seorang penggembala kerbau. Salah satu tempat yang diyakini jadi lokasi favorit Joko Modo saat menggembala adalah Setinggil, tumpukan batu di atas perbukitan.

"Di sini (Setinggil) dulu ceritanya Gajah Mada memantau kerbau-kerbaunya," kata Ali.

Kuatnya cerita rakyat Joko Modo ini membuat Bupati Lamongan dua periode Masfuk memerintahkan pembentukan tim yang terdiri dari budayawan dan satuan kerja perangkat desa (SKPD) di tahun 2009. Tujuan tim ini adalah menyusun segala bukti otentik bahwa Gajah Mada berasal dari Lamongan.

Namun dalam perkembangannya, hasil bentukan tim ini belum diketahui. Beberapa waktu lalu penulis mengonfirmasi bagian arsip daerah Lamongan untuk menanyakan perkembangan atau hasil investigasi tim ini, hasilnya nihil. Hal yang sama juga didapat ketika dikonfirmasi ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Lamongan.

Related Posts:

Ibu Kota Kerajaan Majapahit

Majapahit yang sebenarnya di batasi oleh 4 (empat) Tugu Batas yang berbentuk Lingga-Yoni, dengan jarak antar tugu berkisar 9 x 11 km. Peta Kota Raja Majapahit ini pertama kali dibuat oleh seorang Belanda bernama H Maclaine Pont, seorang arsitek yang juga turut membidani munculnya bangunan Gereja Katolik Puh Sarang di Kediri, Jawa Timur.

Sebenarnya apa yang dipetakan oleh Maclaine Pont ini telah diuraikan secara panjang lebar dalam Kitab Negarakertagama, khususnya di dalam Pupuh VIII, yang secara penggalannya berbunyi

  • " .. tersebutlah keajaiban kota : tembok batu merah tebal tinggi mengitari Pura (sebutan lain untuk kota raja), pintu Barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas bersabut parit ; pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam .......... ; disebelah Utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir .... dst."

Pada tahun 2003, tim arkeologi dari Yogyakarta yang dipimpin oleh Nurhadi Rangkuti, melakukan survey untuk mencari dan menentukan batas-batas situs Kota Raja Majapahit yang diperkirakan memanjang arah Utara - Selatan seluas 9 km x 11 km. Dari hasil penelitian sebelumnya telah ditemukan 3 (tiga) buah batas Kota Raja Majapahit yang ditandai dengan sebuah kompleks bangunan suci agama Hindu dengan pusat berbentuk YONI berhias naga-raja.

Tiga batas kota tersebut adalah Klinterjo di Timur-Laut, Lebak-Jabung di Tenggara dan Sedah di Barat Daya. Berdasarkan ekskavasi di situs Klinterjo dan Lebak-Jabung, didapatkan gambaran mengenai bentuk bangunan suci agama Hindu di penjuru sudut penanda batas Kota Raja. Secara garis-besar pola tata ruang bangunan tersebut memanjang arah Barat-Timur dan memiliki tiga halaman.

Halaman paling Barat berupa bangunan terbuka, berumpak batu dengan batur batu-bata, mirip bangunan balai atau pendopo. Pada halaman tengah terdapat sisa-sisa bangunan dari batu-bata, dan pada bagian Timur juga terdapat bangunan batu-bata dengan Yoni Naga Raja.

Tampaknya pola tata ruang bangunan suci tersebut mirip dengan kompleks bangunan Pura di Bali yang juga memiliki tiga halaman, yaitu halaman : jaba, jaba tengah dan jeroan. Dan inilah hasil pemetaan batas-batas Kota Raja Majapahit.

Related Posts:

Surya Majapahit - Lambang Kerajaan Majapahit

Diagram Surya Majapahit menampilkan tata letak para dewa Hindu di sembilan arah penjuru utama mata angin.
 
Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas "Surya Majapahit", atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena begitu populernya lambang Matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit.

Dewa-dewa Hindu

Bentuk paling umum dari Surya Majapahit terdiri dari gambar sembilan dewa dan delapan berkas cahaya Matahari. Lingkaran di tengah menampilkan sembilan dewa Hindu yang disebut Dewata Nawa Sanga. Dewa-dewa utama di bagian tengah ini diatur dalam posisi delapan arah mata angin dan satu di tengah. Dewa-dewa ini diatur dalam posisi:
  • Tengah: Siwa
  • Timur: Iswara
  • Barat: Mahadewa
  • Utara: Wishnu
  • Selatan: Brahma
  • Timur laut: Sambhu
  • Barat laut: Sangkara
  • Tenggara: Mahesora
  • Barat daya: Rudra
Dewa-dewa pendamping lainnya terletak pada lingkaran luar Matahari dan dilambangkan sebagai delapan jurai sinar Matahari:
  • Timur: Indra
  • Barat: Baruna
  • Utara: Kuwera
  • Selatan: Yama
  • Timur laut: Isana
  • Barat laut: Bayu
  • Tenggara: Agni
  • Barat daya: Nrtti
Bentuk ukiran Surya Majapahit  yang paling umum dari reruntuhan candi Majapahit, Museum Trowulan.
 
 Bentuk lain dari Surya Majapahit, dari reruntuhan candi Majapahit, Museum Nasional Jakarta.
 
Lambang ini digambar dalam berbagai variasi bentuk, seperti lingkaran dewa-dewa dan sinar Matahari, atau bentuk sederhana Matahari bersudut delapan, seperti lambang Surya majapahit yang ditemukan di langit-langit Candi Penataran. Dewa-dewa ini diatur dalam bentuk seperti mandala. Variasi lain dari Surya Majapahit berupa Matahari bersudut delapan dengan gambar dewa Surya di tengah lingkaran tengah mengendarai kuda atau kereta perang. Ukiran Surya Majapahit biasanya dapat ditemukan di tengah langit-langit Garbhagriha (ruangan tersuci) dari beberapa candi seperti Candi Bangkal, Sawentar, dan Candi Jawi. Ukiran Surya Majapahit juga kerap ditemukan pada stella, ukiran Halo atau Aura, pada bagian belakang kepala arca yang dibuat pada masa Majapahit. Ukiran ini juga ditemukan di batu nisan yang berasal dari masa Majapahit, seperti di Trowulan.

 Itulah artikel yang saya buat dengan sumber Wikipedia Indonesia. Semoga dengan artikel tersebut membantu anda dalam mempelajari peninggalan budaya Majapahit.

Related Posts:

Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit

Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit – Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Tak heran jika Majapahit meninggalkan banyak peninggalan Bangunan serta candi seperti yang berikut ini. 
1. Candi Sukuh
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas. Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.
2. Candi Cetho
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng,Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
3. Candi Pari
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Candi Pari adalah sebuah peninggalan Masa Klasik Indonesia di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut berada sekitar 2 km ke arah barat laut pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat ini.
Dahulu, di atas gerbang ada batu dengan angka tahun 1293 Saka = 1371 Masehi. Merupakan peninggalan zaman Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk 1350-1389 M.
4. Candi Jabung
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Candi hindu ini terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton,Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah ini mampu bertahan ratusan tahun. Menurut keagamaan,Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitabPararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja.
Arsitektur bangunan candi ini hampir serupa dengan Candi Bahal yang ada di Bahal, Sumatera Utara.
5. Gapura Wringin Lawang
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Dalam bahasa Jawa, Wringin Lawang berarti ‘Pintu Beringin’. Gapura agung ini terbuat dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter. Diperkirakan dibangun pada abad ke-14. Gerbang ini lazim disebut bergaya candi bentar atau tipe gerbang terbelah. Gaya arsitektur seperti ini diduga muncul pada era Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam arsitektur Bali.
6. Gapura Bajang Ratu
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 dan adalah salah satu gapura besar pada zaman keemasan Majapahit. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Mojokerto, candi / gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang dalamNegarakertagama disebut “kembali ke dunia Wisnu” tahun 1250 Saka (sekitar tahun 1328 M). Namun sebenarnya sebelum wafatnya Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Dugaan ini didukung adanya relief “Sri Tanjung” dan sayap gapura yang melambangkan penglepasan dan sampai sekarang di daerah Trowulan sudah menjadi suatu kebudayaan jika melayat orang meninggal diharuskan lewat pintu belakang.
7. Candi Brahu
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Nama candi ini, yaitu ‘brahu’, diduga berasal dari kata wanaru atau warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci yang disebut dalam Prasasti Alasantan. Prasasti tersebut ditemukan tak jauh dari Candi Brahu.
8. Candi Tikus
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Candi ini terletak di kompleks Trowulan, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.
9. Candi Surawana
Bangunan Candi Peninggalan Majapahit - infolabel.blogspot.com
Candi Surawana adalah candi Hindu yang terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, sekitar 25 km arah timur laut dari Kota Kediri. Candi yang nama sesungguhnya adalah Wishnubhawanapura ini diperkirakan dibangun pada abad 14 untuk memuliakan Bhre Wengker, seorang raja dari Kerajaan Wengker yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Raja Wengker ini mangkat pada tahun 1388 M. Dalam Negarakertagamadiceritakan bahwa pada tahun 1361 Raja Hayam Wuruk dari Majapahit pernah berkunjung bahkan menginap di Candi Surawana. Candi Surawana saat ini keadaannya sudah tidak utuh. Hanya bagian dasar yang telah direkonstruksi.

Itulah ke-9 Candi-candi Peninggalan Kerajaan Majapahit. Semoga Artikel di atas dapat membantu anda dalam  memperlajari dan memahami warisan Leluhur Bangsa ini....

Related Posts:

Sejarah Kerajaan Majapahit dan Masa Kejayaannya di Bumi Nusantara

SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT – Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia. Kerajaan ini mempunyai wilayah kekuasaan yang terbentang dari ujung barat sampai timur nusantara dan juga negara tetangga.
Pada masa kejayaannya Majapahit memiliki keinginan yang sangat besar yakni menyatukan nusantara melalui sumpah dari Gajah Mada. Namun bagaimana sebenarnya sejarah dari Majapahit? Berikut ini adalah Jejak Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan hindu-budha yang ada di Indonesia. Kerajaan Majapahit berdiri sekitar tahun 1293-1500 M dan pada masa awalnya dipimpin oleh Raden Wijaya pada 1293-1309. Setelah itu Majapahit dikuasai oleh Jayanegara yang jahat dan sempat berkuasa pada 1309-1328 M.
Setelah Jayanegara dibunuh maka kekuasaan Majapahit digantikan oleh Tribhuwana Tungga Dewi yang menyebabkan Majapahit kembali ke masa kejayaannya selama berkuasa pada tahun 1328-1350 M.

Masa Kejayaan Majapahit

Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk. Saat Hayam Wuruk berkuasa pada tahun 1350-1389 M. Selama Hayam Wuruk memerintah, kerajaan Majapahit berhasil menguasai semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali dan bahkan sampai Filipina.
Kerajaan Majapahit saat itu bahkan bisa dikatakan sebagai negara terbesar yang pernah ada dalam sejarah bangsa Indonesia. Bersama dengan patih Gajah Mada, kerajaan majapahit mempunyai misi besar yakni mempersatukan nusantara. Bahkan saking seriusnya Gajah Mada sampai mengucapkan sumpah palapa yakni tidak akan mundur dari jabatannya sebelum dapat mempersatukan nusantara.

Kemajuan Ekonomi Kerajaan Majapahit


Pada jamannya dahulu kerajaan Majapahit menggunakan sistem perekonomian yang sangat maju. Meski pun rata-rata penduduknya bermata pencaaharian sebgaia petani namun sebagian juga merupakan pedagang. Bahkan saking majunya perdagangan di Majapahit sampai-sampai digunakan sebagai pusat pertemuan dantransaksi para saudagar dari India dan Cina.
Majapahit mengekspor hasil bumi khas Jawa seperti lada, garam, kain serta rempah-rempah lainnya. Sementara itu mereka mengimpor perak, emas dan porselen. Bahkan pada saat itu Majapahit sudah mencetak uang logamnya dari campuran perak dan tembaga untuk bertransaksi.

Related Posts:

Sejarah Kerajaan Majapahit, Silsilah Raja, Keruntuhan, dan Peninggalannya

BERDIRINYA KERAJAAN MAJAPAHIT

Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya bersama para pengikutnya melarikan diri dari kerjaran tentara Kediri ke desa Kudadu. Setelah itu, beliau melanjutkan perjalanan menuju Madura dengan dibantu oleh kepala desa Kudadu untuk meminta perlindungan Aria Wiraraja. Raden Wijaya berpura-pura menyatakan takluk kepada Jayakatwang, sesudah dipercaya Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang dan mendirikan kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1293 Raden Wijaya diangkat sebagai raja pertama Majapahit dan bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293 1309 M). Beliau menikahi empat puteri Kertanegara, Raja Singasari yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri.
Setelah berhasil mendirikan kerajaan, Raden Wijaya memberikan balas jasa kepada semua pengikutnya. Nambi diangkat sebagai patih kerajaan. Ronggolawe diangkat menjadi Bupati Tuban. Sora diangkat sebagai Tumenggung. Sementara itu kepala desa Kudadu diberi Cima di Kudadu.
Ketika berkuasa, Raden Wijaya merupakan seoarang raja yang bijaksana. Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit mengalami kemajuan yang pesat hampir di setiap bidang. Di bidang pemerintahan, Majapahit mempunyai beberapa pelakasana kerajaan, seperti dewan Bhattara Saptaprabhu (sesepuh kerajaan), Rakayan Mahamantri Katrini (mahamentri, yang adalah putra-putra Raja), dan Rakayan Mantri ri Pakirakiran (dewan menteri) yang membantu Raja.
Sedangkan di bidang agama, Kerajaan Majapahit telah mengenal toleransi dan kerukunan dalam bidang agama. Hal ini bisa dilihat dari Raja Hayam Wuruk beragama Hindu Siwa, sedangkan Patihnya, Gajah Mada beragama Buddha. Perbedaan agama ini kemudian disebut sebagai Bhineka Tunggal Ika oleh Mpu Tantular.


Sejarah Kerajaan Majapahit, Berdirinya Kerajaan Majapahit, Raja-Raja yang Memerintah Majapahit, Raden Wijaya (1293-1309 M), Jayanegara (1309-1328 M), Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani (1328- 1350 M), Hayam Wuruk (1350-1389 M), Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M), Dewi Suhita (1429-1447 M), Bhre Tumapel (1447-1451 M), Bhre Kahuripan (1451-1453 M), Purwawisesa (1457-1467 M), Pandan Salas (1467-1478 M), Keruntuhan Kerajaan Majapahit, Sumber Sejarah Majapahit, Prasasti Kudadu, Kitab Negarakertagama, Kitab Pararaton
 Peta kerajaan Majapahit. Sumber: Wikipedia

Silsilah Raja

Selama berdiri, Kerajaan Majapahit telah mengalami beberapa kali penggantian raja, berikut ini adalah raja – raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:

1. Raden Wijaya (1293-1309 M)
Raden Wijaya diangkat sebagai Raja Majapahit yang pertama pada tahun 1293 M. Dari keempat istrinya, Raden Wijaya mendapatkan beberapa orang anak, yaitu Jayanegara (Kalagemet) dari Dara Petak, Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan) dan Pujadewi Mahrajasa (Bhre Daha) dari istirnya yang bernama Gayatri.
2. Jayanegara (1309-1328 M)
Setelah Raden Wijaya mangkat, pemerintahan beralih ke Jayanegara. Namun, pada masa pemerintahannya, pemberontakan terjadi di mana – mana. Salah satu yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti (1319). Pada saat itu, Kuti berhasil mendududki Ibukota dan membuat Jayanegara menyingkir ke Bedander. Namun, pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan oleh Pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada.
Karena jasanya, pada taun 1321 Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih di Kahuripan dan patih di Daha pada tahun 1323. Pada tahun 1328 Masehi, Jayanegara dibunuh oleh Tabib Tanca.
3. Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani (1328- 1350 M)
Setelah Raja Jayanegara wafat, adik tirinya yang bernama Bhre Kahurpian diangkat sebagai raja, bergelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Pengangkatan ini didasari oleh Raja Jayanegara yang tidak memiliki keturunan.
Bhre Kahuripan memerintah bersama suaminya Bhre Singasari, dan juga dibantu oleh Patih Gajah Mada. Dalam Kitab Negarakertagama, dijelaskan bahwa pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331, tetapi dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, sehingga Beliau diangkat sebagai Mahapatih Majapahit.
Pada tahun 1350, Tribhuwanatunggadewi wafat dan tahta kerajaan diserahkan oleh anaknya yang bernama Hayam Wuruk.
4. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Hayam Wuruk begelar Sri Rajasanegara. Ketika dia diserahi tahta kerajaan, dia masih berusia 16 tahun. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pemerintahannya, Beliau didampingi Mahapatih Gajah Mada.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah kerajaan Majapahit menggapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasan Majahpahit pun semakin meluas hingga ke seluruh Nusantara bahkan sampai ke Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu. Pengaruhnya pun tersebar hingga sampai ke Filipina Selatan, Thailand (Champa), dan Indocina.
5. Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)
Setelah Hayam Wuruk mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh Ratu Kusumawardhani. Pada masa pemerintahan beliau, terjadilah perang paregreg, yaitu perang saudara antara raja dan Wirabhumi. Perang saudara itu berakhir setelah terbunuhnya Wirabhumi.
Setelah masa pemerintahan Kusumawardhani, diketahui masih ada beberapa raja yang memerintah Kerajaan Majapahit, berturut-turut seperti:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas (1467-1478 M)
Namun raja – raja tersebut tidak ada yang memiliki kharisma seperti raja – raja sebelumnya. Alhasil. setelah pemerintahan Pandan alas, dan digantikan oleh pemerintahan Giridrawardhana, Kerajaan ini mengalami kemunduran dan hancur.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Setelah masa kejayaannya berakhir, Kerajaan Majapahit akhirnya runtuh. Ada beberapa penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit, seperti:
1. Setelah wafatnya Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, tidak ada lagi tokoh yang muncul yang memiliki wibawa seperti mereka.
2. Terjadinya Perang Paregreg (1401 M-1406 M), yaitu perang saudara antara para pewaris tahta kerajaan, Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana

Sumber Sejarah Majapahit

Informasi – informasi mengenai Kerajaan Majapahit ini didapatkan dari peninggalan – peninggalan kerajaan yang berupa:
1. Prasasti Kudadu
2. Kitab Negarakertagama
3. Kitab Pararaton
4. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung Sundayana
5. Prasasti-prasastipeninggalan raja Majapahit
6. Berita-berita dari Cina, seperti kitab Ying Yai Sheng Lan.
7. Karangan Ma Huan dan catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming.

Related Posts:

DARI KERAJAAN SINGOSARI KE KERAJAN MAJAPAHIT

Kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi Kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Dan merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit (1293 M – awal abad ke 6 M). Nama resmi Kerajaan Singosari sendiri sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Kitab Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Seperti yang tertulis pula pada Prasasti Kudadu.Menurut Kitab Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahanKerajaan Kadiri/Kediri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara jabatan Camat jaman sekarang) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kediri.Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya (Raja Kediri) melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi Raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kediri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.
Kejayaan Kerajaan Singasari
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luarJawa.Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh KertanagaraNagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, MelayuBali, PahangGurun, dan Bakulapura.
RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI
 
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

Sejarah Terbentuknya Kerajaan Majapahit

Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.

Related Posts:

Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan yang terakhir dan sekaligus yang terbesar di antara kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Didahului oleh kerajaan Sriwijaya, yang beribukotakan Palembang di pulau Sumatra. Kerajaan ini dirintis oleh Raden Wijaya yang merupakan keturunan keempat dari Ken Arok dan Ken DedesSebelum kerajaan Majapahit lahir, telah berdiri terlebih dahulu pada tahun 1222Masehi kerajaan Singosari yang pendirinya adalah Ken Arok yang berpusat di Malang (Tumapel) Jawa Timur.

Lahirnya kerajaan Majapahit tidak lepas dari keberadaan kerajaan Singosari Tumapel Malang Jawa Timur. Karena Pendiri kerajan Majapahit merupakan keturunan ke-empat dari Raja Ken Arok - dan Kendedes. Begitupun kalau kita telusuri awal bersatunya nusantara, tidak bisa lepas dari kiprah Majapahit. Artinya keberadaan Singosari, Majapahit, dan Nusantara adalah sesuatu yang bersifat integral dan tidak dapat terpisahkan satu sama yang lain.



Dalam sejarah bangsa Indonesia Majapahit merupakan satu di antara banyak kerajaan yang pernah berkembang di dalam raga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Tercinta ini. Walaupun demikian sejarahnya patut diingat dan disimak dengan teliti karena dapat memotivasi betapa pentingnya nilai persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya dapat membawa perdamaian kepada anak cucu kita.





Related Posts: